Teori Semiotik
Teori Semiotik dan Metode Penelitiannya. Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda. Dalam ilmu ini (semiotik) fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan sebuah tanda-tanda. Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda tersebut.
Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda ada beberapa jenis-jenis tanda yang utama yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara penanda dan petandanya. Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungan bersifat arbitrer (semua-maunya).
Dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, bahwa tanda yang berupa indeks lah yang banyak diburu (dicari) yaitu berupa tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri-ciri (sifat-sifat) yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna (Preminger,dkk. 1974: 980).
Bahan sastra adalah bahasa yang sudah berarti. Bahasa berkedudukan sebagai bahan dalam hubungannya dengan sastra, sudah mempunyai sistem dan konvensi sendiri, maka disebut sistem semiotik tingkat pertama.
Sastra yang mempunyai sistem dan konvensi sendiri yang mempergunakan bahasa, disebut sistem semiotik tingkat kedua (second order semiotics). Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan konvensi sastra.
Artinya bahwa karya sastra bahannya adalah bahasa yang sudah mempunyai sistem dan konvensi yg tidak dapat lepas dari sistem bahasa dan artinya. Sedangkan sastra mempunyai konvensi sendiri di samping konvensi bahasa.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Preminger dkk konvensi karya sastra disebut konvensi tambahan yaitu konvensi yang ditambahkan kepada konvensi bahasa yang bertujuan untuk membedakan arti bahasa dan arti sastra. Oleh karena itu, digunakanlah istilah arti (meaning) untuk bahasa dan makna (significance) untuk arti sastra.
Metode Penelitiannya
Beberapa metode atau pendekatan dalam penelitian semiotik sebagai berikut
- Konvensi Ketidaklangsungan Ekspresi
Puisi dari dahulu hingga sekarang selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari periode ke periode (Riffaterre 1978:1). Dalam hal tersebut Riffaterre mengemukakan kaitannya dengan pemaknaan puisi, tapi dapat juga digunakan pada prosa.
Jadi, ketidaklangsungan puisi merupakan konvensi sastra pada umumnya. Karya sastra merupakan ekspresi tidak langsung yaitu menyatakan pikiran atau gagasan secara tidak langsung, dengan cara yang lain.
- Pembacaan Semiotik: Heuristik dan Hermeneutik atau Retroaktif
Untuk dapat memberi makna sajak secara semiotik, pertama kali dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik atau retroaktif (Riffaterre, 1978:5-6).
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya.
Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya.
- Konvensi Hubungan Antar Teks
Ialah penunjukan teks ke teks lain: hubungan intertekstual. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teeuw, 1981:11), termasuk sastra itu merupakan sebuah response (Teeuw, 1983:65) pada karya sastra yang terbit sebelumnya.
Oleh karena itu, sebuah teks tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks yang lain. Sebuah karya sastra baru mendapatkan maknanya yang hakiki dalam kontrasnya dengan karya yang sebelumnya (Teeuw, 1983:66).
Sumber Pustaka
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Cetakan ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Preminger, Alex (ed.), dkk. 1974. Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics. New Jersey: Princeton University Press.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington & London: Indiana University Press
Teeuw, A. 1981. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Baca artikel lainnya di upbahasa.com
Post a Comment for "Teori Semiotik dan Metode Penelitiannya"